Berpikir Seperti Tikus, Filosofi Bekerja Lebih Bahagia
Sumber: Great Performers Academy

Finance / 2 May 2019

Kalangan Sendiri

Berpikir Seperti Tikus, Filosofi Bekerja Lebih Bahagia

Lori Official Writer
5712

Beberapa penelitian menemukan kalau ternyata 70 persen pekerja keras tidak merasa bahagia dengan pekerjaannya.Tapi uniknya,hampir semua waktu yang mereka punya dihabiskan untuk bekerja.

Jan Halper, seorang psikolog asal Paulo Alto, California menghabiskan sepuluh tahun untuk meneliti emosi dan perjalanan karir dari 4000 eksekutif pria. Dia menemukan bahwa 58 persen dari eksekutif yang menjabat posisi cukup bergengsi di kantor mengaku telah menyia-nyiakan hidup mereka selama bertahun-tahun berjuang untuk mencapai tujuan mereka. Sayangnya, mereka hanya mendapati timbulnya kepahitan atas semua pengorbanan yang sudah mereka berikan selama bertahun-tahun.

Bahkan seorang pengacara merasa dirinya ibarat seperti pekerja malam yang mendapat imbalan untuk setiap kasus yang ditanganinya sepanjang hidupnya. Yang lainnya mengaku terjebak di dalam pekerjaannya, ada yang merasa direndahkan, diremehkan dan dilecehkan secara emosional. Peliknya, mereka malah tetap bertahan di pekerjaan itu berharap semua tantangan yang dihadapi akan secara ajaib berlalu.

Beberapa orang justru menyikapinya dengan sangat rohani, dimana kondisinya dalam pekerjaan yang menekan dianggap sebagai proses penbentukan dari Tuhan dan ada pula yang menganggapnya sebagai pekerjaan si iblis.

Dari berbagai kasus di atas, kita bisa menyimpulkan kalau ada banyak pekerjaan yang sedang sekarat dalam pekerjaannya. Mereka merasa lelah tapi tak mampu berbuat apa-apa.

Baca Juga :

Baru Pertama Kali Beli Rumah? Ikuti 7 Tips Cerdas Ini Supaya Prosesnya Lebih Mudah

Pengen Hidup Sukses? 15 Ayat Alkitab Ini Bicara Tentang Kesuksesan

Karena itulah artikel ini ditulis untuk membuka paradigma baru kita tentang bagaimana seharusnya kita menyikapi sebuah pekerjaan. Di dalam buku kecil yang populer berjudul Who Moved My Cheese, kita diajarkan tentang bagaimana seekor tikus pintar dengan cepat mencari rute baru sebagai perjalanannya saat kejunya habis.

Berpikir seperti tikus. Kenapa harus begitu? Tikus bergerak sangat cepat saat mereka menyadari stok keju mereka hilang atau mungkin sudah habis. Tikus mungkin akan malu dilabeli sebagia ‘bagian dari ras manusia’ karena manusia cenderung melakukan hal-hal konyol seperti terus pergi ke pekerjaan yang mereka benci setiap hari.

Tikus sendiri melakukan hal sebaliknya. Mereka mengambil tindakan bergerak maju.

“dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya…” (Kolose 3: 10)

Apakah kamu bisa berpikir seperti tikus hari ini? Apakah kamu bisa menemukan area selanjutnya dalam hidupmu dimana kamu harus pergi dan mencari solusi untuk memecahkan persoalanmu?

Cari tempat potensialmu

Ada banyak penulis yang frustrasi karena penjualan bukunya di toko buku terus menurun. Saat ini, toko buku tidak lagi tempat yang potensial untuk menjual buku. Kalau kamu tertarik dengan kuda, kemana kamu akan bergaul? Kalau kamu adalah pelatih anjing yang hebat, dimana kamu akan menemukan orang yang butuh jasa pelatihan anjing? Kalau kamu menulis buku tentang istri militer, kepada siapa buku itu akan kamu jual?

Masing-masing bidang ini punya tempatnya sendiri yang jauh lebih potensial. Buku bukan cuma dijual di toko buku, tapi kamu juga bisa menjualnya di kedai-kedai kopi atau tempat-tempat perbelanjaan.

Selain itu, kamu juga perlu mencari tahu kebiasaan pelanggan dan bagaimana kamu harus memposisikan produk atau layananmu.

Hal yang sama juga berlaku dalam pekerjaanmu. Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan untuk mengubah kondisi pekerjaanmu saat ini. Dengan berpikir seperti tikus, kamu tak perlu jadi pekerja keras yang kehilangan semua waktu berhargamu hanya demi mencapai tujuan perusahaan.

Tanyakanlah dirimu, apakah benar pekerjaan ini harus dilanjutkan? Kalau ya, apa tujuan selanjutnya? Atau bisakah aku melakukan pekerjaan ini dengan lebih mudah? Dengan menjawab pertanyaan ini, siapa tahu kamu menemukan solusi untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik tanpa mengorbankan semua waktumu dari keluarga dan pertumbuhan rohanimu.

Mungkin perumpamaan ‘Cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati’ cocok untuk cara kerja ini.

Sumber : Cbn.com/Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami